Kisah nenek Wasmah, hidup sebatang kara di gubuk tambalan plastik
Di usianya yang sudah tua ia harus mengeluarkan tenaga demi mendapatkan uang guna menyambung kehidupan.
Untuk dapat bertahan hidup terkadang seseorang harus bekerja keras.
Bahkan tidak jarang seseorang yang telah memasuki usia senja juga tetap
harus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seperti kisah salah satu wanita paruh baya yang tinggal di Tegal, Jawa
Tengah. Dilansir brilio.net dari Instagram @rumahyatim, Selasa (5/10)
Wasmah, ialah sosok wanita paruh baya yang begitu kuat dalam menjalani
hidup dengan berbagai keterbatasannya. Di usianya yang sudah tua ia
harus mengeluarkan tenaga demi mendapatkan uang guna menyambung
kehidupan.
Nenek Wasmah rela menjadi seorang buruh macul. Sehari-harinya ia memacul di ladang orang sendirian. Ia pun hanya tinggal di sebuah gubuk yang terletak di tengah sawah.
"Gubuk yang nenek tinggali sudah banyak lubang dan ditambal menggunakan plastik. Di dalam gubuk ada kayu untuk masak di pawon," tulis keterangan dalam unggahan.
Bukan hanya tak layak untuk ditinggali, gubuk reot penuh tambalan plastik yang ditempati Nenek Wasmah. Gubuk itu juga tak dilengkapi dengan MCK. Jika nenek ingin kencing atau buang air besar, ia harus menumpang ke tetangganya. Dalam rumah tersebut hanya dilengkapi dengan tikar tipis dan juga satu bantal guna Nenek malang itu mengistirahatkan tubuh rentanya.
"Tempat tidur nenek beralaskan tikar tipis dan satu bantal. Untuk MCK Nek Wasmah tak punya dan ia menumpang ke tetangganya," lanjut keterangan.
Sehari-hari menjadi buruh macul pun pendapatan yang didapatkan oleh Nenek Wasmah tidaklah banyak. Bahkan bisa dibilang pendapatannya jauh dari kata cukup. Nenek Wasmah hanya menghasilkan uang Rp25 ribu saja. Bahkan uangnya tersebut baru dibayarkan setelah dirinya sudah bekerja selama satu minggu.
"Bayaran dari buruh macul itu seminggu sekali. Jika belum dibayar nenek
tidak berani berhutang dan memilih minum air untuk mengganjal perut,”
ungkap Nenek Wasmah dengan suara lirih.
(*)