Skip to main content

Cerita Marshanda Dimasukkan ke RSJ di Amerika, Diperlakukan Bak Orang Tak Waras


Marshanda sempat menggegerkan publik ketika dinyatakan hilang di Los Angeles, Amerika Serikat, pada akhir Juni lalu. Baru-baru ini, ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Mantan istri Ben Kasyafani itu mengungkapkan tujuan pergi ke LA adalah untuk melakukan healing. Selain mencoba untuk mengatasi bipolar, ia juga melakukan healing demi menyembuhkan penyakit tumor payudara yang tengah ia hadapi.

Marshanda bercerita, ia memiliki sahabat bernama Sheila Salsabila yang menetap di LA bersama suaminya. Marshanda kemudian mengatakan ada kesalahpahaman yang terjadi antara mereka. Hal itu terjadi ketika Marshanda sedang bermain di pantai. HaiBunda telah mengontak Marshanda dan diizinkan untuk menulis kisahnya.

"Penginapan gue di daerah pantai Venice Beach, gue tinggalin HP di penginapan. Gue ingin me time, gue ingin main ombak seperti anak kecil. Di situ Sheila telepon gue, dia panic attack karena gue enggak bisa dihubungi. Dia lalu melaporkan gua hilang," ungkap Marshanda, dikutip dari kanal YouTube MARSHED.

Marshanda yang asyik bermain di pantai akhirnya memutuskan kembali ke penginapan. Namun, tiba-tiba ia dihampiri oleh mobil ambulans. Petugas medis menjemput Marshanda karena ia dilaporkan hilang oleh Sheila.

Marshanda pun bingung karena ia merasa baik-baik saja, Bunda. Bahkan, petugas medis menilai Marshanda berada dalam keadaan sehat pada saat itu. Namun, fakta bahwa ia mengidap bipolar tak bisa disembunyikan karena tercatat dalam rekam medis Marshanda.

Ia pun terpaksa dibawa oleh polisi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Marshanda dimasukkan ke rumah sakit jiwa (RSJ), Bunda. Ia mendekam di RSJ sejak 17 Juni hingga 11 Juli.

Marshanda menjuluki pusat rehabilitasi mental itu sebagai kamp konsentrasi. Sebab, ia merasakan banyak hal tidak manusiawi di sana. Tak hanya itu, pihak keluarga juga tidak diizinkan mengunjungi Marshanda.

"Orang di penjara diperlakukan lebih baik dari orang di rumah sakit jiwa. Karena orang di penjara masih dianggap waras," ucapnya.

Di RSJ, Marshanda pada mulanya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan karena ia sempat menolak bersikap kooperatif. Salah satu alasannya adalah ia tidak ingin mengonsumsi obat yang diberikan pihak RSJ, karena bukan merupakan obat yang biasa ia konsumsi sesuai dengan arahan psikiater.

"Gue di sana sempat teriak menolak untuk minum obat ini, lalu tangan gue dikebelakangin. Gue dijatuhkan ke kasur karena gue dianggap sudah over reactive. Sampai gue disuntik karena sudah dianggap agresif," beber Marshanda.

"Itu benar-benar gila. Padahal di buku yang mereka cetak, mereka bilang kalau kita punya hak untuk menolak," imbuhnya.

Cara Marshanda Keluar Dari Rsj


Pengalaman Marshanda berlibur di Los Angeles hancur seketika. Bukannya healing, ia justru dipaksa masuk ke rumah sakit jiwa meski kondisinya sedang stabil.

Kerap mendapatkan paksaan dari pihak RSJ, Marshanda akhirnya menyerah dan memilih untuk bersikap kooperatif. Hal itu ia lakukan demi lebih cepat dibebaskan dari RSJ, meski ia harus merasakan banyak pengalaman pahit.

"Akhirnya gue selalu menurut sama obat yang mereka kasih. Makanan yang mereka kasih pun bukan makanan sehat. Dikasih setiap hari enggak enak banget, tapi gue makan saja. Lalu ketemu dokter cuma 3 menit, seminggu cuma 1 atau 2 kali. Sisanya kita cuma diurusin sama suster," cerita Marshanda.

Meski mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, Marshanda berusaha tetap tenang. Ia memahami bahwa pihak rumah sakit hanya menjalankan aturan yang berlaku dari pemerintah. Hal itu ia ketahui saat mengikuti grup session bersama para pasien di sana.

"Ketika lagi group session untuk berbagi perasaan kita, di situ kita baru bisa dianggap manusia lah. Di situ pemimpin grupnya bilang, pemerintah tidak menghargai profesi perawat untuk menghadapi orang-orang yang tidak stabil. Di negara semaju itu saja, pekerja itu tidak dihargai secara apapun," ungkapnya.

Tak disangka, Marshanda justru mendapatkan wawasan baru seputar perawatan medis terhadap pasien dengan gangguan mental di Amerika Serikat. Tak hanya itu, ia justru jadi berteman dengan banyak orang di RSJ.

"Lama-lama gue jadi berteman sama orang di rumah sakit jiwa itu. Kita kan dikasih jurnal, gue menulis puisi setiap hari. Lalu gue minta nama, nomor telepon, dan e-mail teman-teman gue di sana. Seru banget dan kita saling memanusiakan satu sama lain. Dari yang awalnya gue sempat disuntik, itu gue jadi yang paling menurut," kata Marshanda.

Marshanda Sudah Pernah Masuk Rsj


Setelah sekian lama ditahan di rumah sakit jiwa ketika berlibur di Los Angeles, Marshanda mulai dapat beradaptasi dengan keadaan di sana. Menurutnya, hal itu karena ia sempat merasakan pengalaman serupa beberapa tahun silam.

"Karena ini bukan pertama kalinya gue harus masuk ke rumah sakit jiwa. Saat gue cerai dan buka jilbab, gue kan juga terpaksa masuk. Tapi di situ gue masih bisa bertemu keluarga. Kalau ini gue bingung. Jadi gue mikir cuma jalanin saja dan semakin gue patuh, semakin cepat gue keluar dari sini," kata Marshanda.

Setelah menjalani hari demi hari di RSJ, Marshanda akhirnya diperbolehkan pulang. Tak disangka, ia mendapatkan hikmah dari peristiwa itu. Salah satunya, ia menemukan obat dapat mengatasi kondisi bipolarnya dengan lebih baik.

"Tapi yang pasti obat gue jadi berubah total. Dari yang tadinya 8, jadi cuma 3 dan dosisnya tinggi. Tapi gue malah lebih stabil sekarang. Jadi psikiater minta saya lanjutkan obat itu," ujarnya.

"Gue mengakui ini adalah banting setir yang gue butuhkan, tapi memang ini semua sakit. Walaupun sebenarnya ini semua sangat membantu. Ini adalah ujian yang tepat," tuturnya.

Terlepas dari hikmah yang ia dapatkan, Marshanda masih belum bisa berdamai dengan sang sahabat. Tak hanya itu, Marshanda bahkan mendapat tagihan Rp297,9 juta dari RSJ.

"Gue dapat tagihan US$20 ribu lebih sama rumah sakit itu, yang mana bukan tanggung jawab gue, tapi Sheila sama David juga tidak mau tanggung jawab. Lalu ada 2-3 webinar di mana gue jadi pembicara dan di-cancel karena gue berada di RSJ itu," beber Marshanda.

"Dia merugikan gue gila-gilaan. Gue memaafkan buat Sheila dan David, tapi memaafkannya dengan cara, gue enggak berteman lagi dengan mereka untuk sekarang. Jujur gue nge-block mereka karena gue merasa kalau kita ngomong terus, kita akan berantem terus, dan ini yang terbaik buat kita," tuturnya.

Sumber : haibunda.com

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar