Skip to main content

Ahdi Nuruddin Raih Gelar Doktor di Usia 85 Tahun: Sederhana tanpa Beasiswa, Apa Motivasinya?


Ahdi Nuruddin, 85 tahun, berhasil menyelesaikan program doktoral  di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung pada Selasa pekan lalu, 13 September 2022. Pria yang tinggal di Tasikmalaya ini menyelesaikan S3 di Jurusan Hukum Syariah dalam empat tahun. Sebelum meraih doktor, Ahdi adalah juga penyandang gelar master dari dua program studi berbeda yakni Ilmu Tasawuf dan Manajemen dari Institut Agama Islam Lathifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya.

Ahdi merupakan sosok inspiratif di lingkungannya karena kecintaannya dengan ilmu pengetahuan. Terlihat dari pengalamannya yang sempat menjadi Kepala Sekolah Pondok Pesantren Suryalaya, Wakil Dekan Fakultas Syariah IAILM hingga dinobatkan sebagai dosen terlama dalam pengabdiannya di IAILM Suryalaya Tasikmalaya. 

Asep Salahudin, Rektor IAILM, menyebut koleganya itu memiliki Eros, kecintaan yang luar biasa kepada ilmu pengetahuan yang, menurutnya, nyaris tanpa target yang sifatnya material. Lalu juga Etos yang luar biasa. “Pada usia yang tidak lagi muda, beliau bisa menyelesaikan S3 dengan jarak tempuh yang jauh(Tasikmalaya-Bandung) dan setumpuk tugas dari dosennya,” kata Asep saat dihubungi, Senin 19 September 2022. 

Asep mengatakan melihat Ahdi sebagai sosok yang sederhana, namun untuk ilmu pengetahuan bersedia berkorban banyak. Terbukti dari Ahdi yang berhasil menyekolahkan ke-8 anaknya hingga jenjang S1 dan S2 dengan biaya sendiri. “Untuk biaya pendidikan ini dia tidak pernah merasa eman-eman,” ujarnya sambil menambahkan pada 2012, penghargaan keluarga yang sakinah disampirkan oleh Kementerian Agama kepada mereka.

Asep mengenal prinsip Ahdi dalam hal mendidik anak-anaknya. "Jangan mendidik seperti merak yang hanya memperlihatkan keindahan bulunya, namun tidak bisa bermanfaat bagi orang lain," katanya.

Asep juga menyebut perjuangan Ahdi, mulai dari pengorbanan biaya, tenaga, hingga pikiran. Hingga menyelesaikan S3 Ahdi menggunakan biaya sediri tanpa dibantu beasiswa. Ini lantaran usia Ahdi tidak lagi memenuhi kriteria penerima beasiswa.  

Sehari-harinya, Ahdi harus berangkat pagi-pagi sekali dari Tasikmalaya untuk kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dia menumpang angkutan umum atau diantar dengan sepeda motor. Dia sendiri mengaku motivasinya untuk terus melanjutkan pendidikan karena ingin menjadi teladan bagi anak dan cucunya.


“Saya memberi contoh untuk anak-anak saya, dan karena anak-anak saya semuanya sudah master, saya masih memberi dorongan supaya cucu-cucu saya seluruhnya semangat (belajar) juga,” katanya pada Selasa, 20 September 2022.

Sari, anak ke-4 Ahdi, mengamini soal disiplin dan ajaran sang ayah agar mencintai ilmu. “Bapak memang sosok yang cinta ilmu, disiplin dan gigih terutama dalam qiamul lailnya,” ucap Sari, Selasa.  

Dia mengaku sangat merasakan manfaat pola asuhan tersebut. Ia juga jadi termotivasi untuk menyelesaikan S3 dan terus mendorong anak-anaknya untuk  terus melanjutkan pendidikannya. 

Sumber : tempo.co

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar