Skip to main content

Cerita Gadis Cantik Jualan Kopi di Pos 3 Gunung Lawu, Pendaki : Tidak Pakai Gula, Mbaknya Udah Manis


Selama ini Gunung Lawu selalu identik dengan keberadaan warung milik Mbok Yem. 

Warung yang dikelola oleh Mbok Wakiyem ini berada di Puncak Gunung Lawu, perbatasan Karanganyar dan Magetan.

Warung Puncak Lawu Argo Dalem Mbok Yem ini selalu menjadi langganan para pendaki yang naik ke Gunung Lawu.

Namun ternyata, di jalur pendakian Gunung Lawu jalur Candi Cetho, ada warung yang juga siap untuk melayani para pendaki.

Namaya Warung Bu Yuni.

Lokasinya berada di Pos 3 jalur Candi Cetho Kecamatan Jenawi, Karanganyar.

Warung ini biasanya dijaga oleh perempuan cantik bernama Hastin Maharani.

Dia ikut membantu ibu dan kakeknya berjualan makanan bagi para pendaki.

Hastin Maharani merupakan seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Klaten, Jawa Tengah.


Gadis asal Dusun Babar, Desa Anggrasmanis tersebut membantu ibu dan kakeknya berjualan di tengah kegiatan perkuliahan yang dilakukan secara daring selama pandemi covid-19 ini.

Hastin sapaan akrabnya membantu berjualan di warung Pos 3 sejak April 2021 lalu. 

Warung semi permanen yang sudah beroperasi hampir satu tahun itu dikelola oleh kakek dan orang tuanya.

Mereka biasanya berjualan setiap akhir pekan saja.

Mereka berangkat dari rumah menuju warung setiap Jumat kemudian turun kembali pada Senin.

Perjalanan dari rumah menuju ke warung biasanya dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam.

Setiap kali berangkat, mereka sekaligus membawa logistik atau dagangan yang hendak dijual kepada para pendaki yang melakukan pendakian ke Gunung Lawu melalui jalur Candi Cetho.

Seperti beras, mie, minuman, telur dan semangka.

Setibanya di warung dan mempersiapkan barang dagangan, bapak-bapak langsung turun gunung untuk mengurusi ladang.

Sedangkan ibu-ibu berjualan di warung selama akhir pekan dan turun gunung pada Senin.

"Awal bantu itu saat mbah tidak bisa berangkat (jualan), otomatis ibu sendiri.

Tidak tega ibu jualan sendiri di pos 3," kata mahasiswi semester II ini


Hastin sebenarnya ingin terus membantu orang tua dan kakaknya berjualan di warung.

Akan tetapi karena rutinitasnya sebagai mahasiswi tidak memungkinkan, ditambah saat ini pembelajaran masih menggunakan sistem daring.  

"Bantunya kalau ada waktu senggang saja karena banyak tugas perkuliahan apalagi masih daring. Kalau ada tugas dadakan tidak bisa mengirim karena susah sinyal," ucapnya. 

Dia menceritakan dapat membantu orang tua dan kakeknya berjualan di gunung merupakan pengalaman berharga baginya. 

"Jauh dari gadget, bisa bantu orang tua sambil melihat pemandangan alam," terang perempuan 18 tahun itu. 

Pengalaman melakukan pendakian ke Gunung Lawu dengan membawa ransel berisi perlengkapan gunung dan logistik pernah dirasakan bersama saudaranya.

Akan tetapi melakukan pendakian menuju ke warung lebih terasa berat karena membawa barang dagangan entah itu membawa gas 3 Kg, beras dan semangka. 

Sehingga selama dalam perjalanan, dia lebih sering beristirahat untuk menghilangkan rasa letih. 

Beberapa waktu lalu, potret Hastin saat berjualan di warung sempat viral di media sosial.

Kejadian itu bermula saat Hastin diminta foto bareng oleh pendaki yang kebetulan singgah ke warung. 

"Ada pendaki asal Solo yang motret dan diunggah di medsos, akhirnya viral," ungkapnya. 

Selain itu di sela melayani pembeli, terkadang ada saja pendaki yang menggoda dengan niat ingin bercanda.

Lokasi warung yang berada di Pos 3 cukup strategis untuk para pendaki sekadar istirahat dan membeli camilan, makanan atau minuman. 

Selain nasi pecel, nasi goreng, dan soto, warung tersebut juga menyediakan gorengan, semangka serta minuman kopi serta teh.

"Kopinya tidak usah pakai gula ya mbak, mbaknya udah manis gitu," pungkasnya. 

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar