Skip to main content

Cerita Penjual Soto Rp 1000 di Karanganyar, 9 Tahun Tak Naik Harga, Agar Pelanggan Bisa Jajan Murah


Sebuah warung soto di belakang Pabrik Gula Tasikmadu atau tepatnya berada di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Dusun Nglande, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu Karanganyar menjadi primadona bagi warga setempat. 

Sebab, harga soto di warung tersebut murah meriah, hanya Rp 1000.

Pemilik warung soto tersebut, Dwiningsih (45) menceritakan kisahnya membangun warung tersebut.

Dia memulai sejak tahun  2012. Sampai saat ini sudah 9 tahun dia berjualan dan tidak pernah menurunkan harga.

Awalnya, warung tersebut dia rintis bersama rekan - rekan pengajiannya.

"Awalnya saya dan teman-teman membuka warung soto tapi harganya murah," katanya kepada TribunSolo pada Kamis (4/3/2021). 

Ternyata, perkembangan warung tersebut semakin baik dari waktu ke waktu.

Dwi juga bisa mengajak rekannya untuk bekerja bersama.

"Teman-teman yang belum punya pekerjaan saya ajak bergabung," ujarnya. 

Dwi menegaskan, soal kualias dan rasa, walaupun harganya murah namun tidak murahan.

Minyak goreng, daging ayam, sampai bahan soto lainnya dipilih dengan cermat.

"Untuk beli ayam saja saya ambil dari teman kelompok pengajian," ungkapnya.

"Supaya saya tahu bahwa itu disembelih dengan cara yang halal," terangnya. 

Cara kerja menjaga kualitas tersebut tidak pernah dia longgarkan.

"Saya malu kalau jual barang murahan, cukup harganya yang murah, kualitasnya jangan," kisahnya.

Dia mengatakan, dalam sehari bisa menghabiskan 50 kilogram beras dari pukul 06.00 WIB hingga 22.00 WIB. 

"Kalau hari biasa bisa seribu mangkok sehari, namun karena pandemi berkurang cukup banyak," terangnya. 

Sampai saat ini dia belum memiliki rencana untuk menaikan harga.

Buka Lapangan Kerja

Harga soto di warung Hik Soto Sewu milik Dwiningsih (45) di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Dusun Nglande, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu Karanganyar bikin geleng-geleng.

Dia hanya menjual Rp 1.000 untuk satu porsi sotonya.

Saat TribunSolo.com mampir ke warung tersebut, dengan berbekal Rp 5 ribu, sudah bisa mendapatkan satu mangkuk soto, 4 buah gorengan dan segelas es teh. 

Dwi menjelaskan, bahwa usahanya telah dirintis sejak tahun 2012 lalu. 

"Sudah saya mulai sejak tahun 2012, dan Alhamdulillah tidak pernah naik hingga sekarang," katanya pada Kamis (4/3/2021).

Dirinya sengaja memberi harga murah agar warga sekitarnya memiliki varian pilihan jajanan dengan harga rendah namun tetap berkualitas.

"Kalau soto harga 4-5 ribu mungkin masih banyak, tapi kalau seribu mungkin saat ini saya sendirian," ujarnya. 

Seperti yang Dwi jelaskan, semangkuk soto miliknya memang tak terasa murahan. 

Kaldu daging sapi pada kuah soto masih terasa kuat.

Suwiran ayamnya juga masih cukup banyak, ditambah gorengan yang dihadirkan selalu diperbaharui sehingga akan tetap tersedia kehangatan untuk teman makan soto. 

"Saya sengaja jaga kualitas, buat minyak goreng saja saya beli yang kemasan bukan jerigen," ungkapnya. 

Meski harga murah, Dwi tak pernah merasa rugi yang terpenting dirinya bisa membantu warga sekitar dengan memberi lapangan kerja dan jajanan murah. 

"Kita nyari berkah," ujarnya.

Sebelumnya ada juga pedagang soto seribu di Klaten, berapa harga semangkok soto termurah yang pernah anda ketahui?

Percaya atau tidak, di Klaten, ada warung soto yang menjual semangkok soto dengan harga Rp 1000 saja!

Ya, bahkan harga semangkok soto di sini, lebih murah dari tarif parkir sepeda motor.

Soto yang kelewat murah ini dijual oleh Suhartini (60) alias Mbah Har, di Desa Bentangan, Wonosari, Klaten.

Disampaikan Mbah Har, jika ia memulai peruntungan sejak puluhan tahun lalu.

Usahanya sempat mandek selama beberapa tahun lantaran ketiga anaknya sudah menikah dan berkeluarga.

"Setengah tahun ini baru mulai usaha soto ini lagi," paparnya saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (4/10/2020).

Ia sendiri membandrol harga murah lantaran ingin menyesuaikan dengan penghasilan warga sekitar.

Diketahui, warga Bentangan sendiri umumnya berprofesi sebagai pembuat gerabah, dengan harga Rp 1000 ia berharap tak memberatkan kocek sarapan warga setempat.

"Asal usulnya saya ingin jualan yang dapat menjangkau warga sini, saya ingin dengan uang Rp 5000 bisa cukup makan beberapa orang," aku dia.

Harapan Har, sapaan akrabnya, tak meleset, warga kemudian antusias dengan harga yang dipatok.

Dalam sehari, soto racikannya bisa laku 200-300 porsi.

Bahkan sangking larisnya, tak sampai pukul 08.00 WIB soto buatnnya sudah ludes oleh pembeli.

"Saya buka habis subuh, kalau pukul 08.00 WIB sudah habis, nanti tinggal beres beres dan cuci piring," ujarnya.

Selaras dengan harganya yang murah, keuntungan yang diambil Har juga tak banyak.

Satu porsi soto seharga Rp 1000 hanya mengambil untung Rp 500 perak saja.

"Kalau yang kecil untungnya segitu, kalau yang besar Rp 1000 saja," katanya.

Diketahui, selain seharga Rp 1000, ia pun menjual soto ukuran besar dengan Rp 2000.

Tak hanya itu, aneka gorengan dan kerupuk juga dijual murah disini.

"Tempe kerupuk Rp 500 semua, pokoknya saya ingin satu keluarga bisa makan kenyang dengan harga murah," tandasnya.

Wartawan Tribunnews sendiri awalnya tak percaya dengan kabar soto Mbah Har yang seharga Rp 1000.

Tapi, akhirnya terbukti setelah langsung ke sana dan menyiarkan videonya secara live di Facebook Tribunnews.

Dalam video tersebut, banyak netizen mendoakan Mbah Har, agar dapat rezeki dan berkah berlipat karena menjual makanan dengan harga murah.

Netizen juga memberi pujian untuk Mbah Har, karena mau menjual murah karena tak mau ambil untung banyak.

"Masya Allah ibunya baik banget. Semoga berkah dimurahkan rezekinya..aminnnn," tulis Li Sio di akun Facebook Tribunnews.

Netizen lain, Bagus Ramadhan, menulis : Sungguh mulia ibu ini jualan sambil bantu fakir miskin.. Semoga berkah dan di limpah kan Rejeki nya amiin semakin banyak yang mendoakan semakin berkah hidup nya


Suami Hanya Guru Honorer

Puluhan tahun lalu, nasib Suhartini, sang empunya soto murah Rp 1000 di Klaten belum seperti sekarang.

Ia dan ketiga anaknya hidup serba pas pasan, suaminya yang bekerja sebagai guru honorer hanya berpenghasilan Rp 60.000 dalam sebulan.

"Suami saya guru WB (Wiyata Bakti), sebulan Rp 60.000, untuk membiayai 3 orang anak yang masih kecil mepet, apalagi saat itu yang paling mau masuk SMP," aku dia saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (4/10/2020).

"Saya bilang ke suami, Pak ini kalau saya tidak kerja sampingan saya nggak bisa ngasih uang saku sedikit sedikit ke anak," imbuhnya.

Keprihatinan itulan yang mendasari, Har sapaaan akrabnya untuk mengubah nasib.

"Suami saya berpesan, boleh kerja asal yang halal," pungkasnya.

Ia lantas belajar meracik soto dengan belajar otodidak saja.

Meski mulai berjualan, rupanya pelanggan Har belum terlalu banyak, saat awal berjualan puluhan tahun lalu pelanggannya hanya sedikit.

Tak ayal, penghasilannya pun belum banyak membantu perekonomian keluarga.

"Jaman dulu anak saya kalau sekola naik angkutan colt ke Delanggu, sampai rumah mengeluh karena sampai sekolah tidak bisa jajan," paparnya.

"Saya kalau teringat ingin menangis," ucapnya sembari mengusap airmata.

Tak patah arang, Har lantas gencar berjualan dari pagi agar lebih banyak menjangkau warga yang hendak sarapan atau pergi ke sawah.

Usahanya itu cukup berhasil, saban pagi soto murah racikan Har ludes.

Belum genap pukul 08.00 WIB, 200-300 porsi terjual laris.

Seiring berjalannya waktu, Har harus mandeg berjualan selama beberapa tahun lantaran mengurus anak anaknya yang sudah berumah tangga.

Setelah cucunya besar besar, ia pun berjualan kembali sekira 6 bulan ini.

Diketahui, selain seharga Rp 1000, ia pun menjual soto ukuran besar dengan Rp 2000.

Tak hanya itu, aneka gorengan dan kerupuk juga dijual murah disini.

"Tempe kerupuk Rp 500 semua, pokoknya saya ingin satu keluarga bisa makan kenyang dengan harga murah," tandasnya. 

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar